Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah alumni SMK Pancasila 5 Wonogiri. Terlahir dan terdidik dibawah pendidikan berjiwa Nasionalis. Sekarang telah melanjutkan Study di STMIK Sinar Nusantara. Yang juga mempunyai ideologi yang nasionalis dan berpedoman pada Pancasila penuh. Mengambil Jurusan Teknik Informatika S1. Aktif dalam Organisasi Sie.Com, GMNI, CIT, dan Salah Satu Partai Politik Indonesia. Bagi temen-temen yang ingin berhubungan dengan saya bisa kirim e-mail ke indra_mhss@yahoo.co.id atau ika_mygirlfriend@yahoo.com
..::INILAH KARYAKU::..
.::Diambil dari sejumlah sumber::.::Pusat Telekomunikasi dan Informasi Universitas Negeri Yogyakarta::.::Pusat Pengembangan Teknologi Informasi Indonesia::.::Pusat Pengembangan FOSS ID Universitas Gadjah Mada::.::Perpustakaan STMIK Sinar Nusantara::.::Team Teaching Teknologi Informasi SMK TKJ se-Indonesia::.
08.38

TIPS MENUJU SUKSES
BERFIKIR POSITIF
Percaya atau tidak, sikap kita adalah cermin masa lampau kita, pembicara kita di masa sekarang dan merupakan peramal bagi masa depan kita. Maksudnya apa ? Ya, bahwa kondisi masa lalu, sekarang dan masa depan kita dapat tercermin dari bagaimana sikap kita sehari-hari. Camkan satu hal, sikap kita merupakan sahabat yang paling setia, namun juga bisa menjadi musuh yang paling berbahaya.
Bagaimana sikap mental kita adalah sebuah pilihan; positif ataukah negatif.
W.W. Ziege pernah berkata.”Tak akan ada yang dapat menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, tak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat membantu seorang yang sudah bermental negatif.
Jika kita seorang yang berpikiran positif, kita pasti mampu menghasilkan sesuatu. Kita akan lebih banyak berkreasi daripada bereaksi. Jelasnya, kita lebih berkonsentrasi untuk berjuang mencapai tujuan-tujuan yang positif daripada terus saja memikirkan hal-hal negatif yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kehidupan dan kebahagiaan seseorang tidaklah bisa diukur dengan ukuran gelar kesarjanaan, kedudukan maupun latar belakang keluarga. Yang dilihat adalah bagaimana cara berpikir orang itu. Memang kesuksesan kita lebih banyak dipengaruhi oleh cara kita berpikir.
Ingat perkataan Robert J. Hasting, “Tempat dan keadaan tidak menjamin kebahagiaan. Kita sendirilah yang harus memutuskan apakah kita ingin bahagia atau tidak. Dan begitu kita mengambil keputusan, maka kebahagiaan itu akan datang”.
Dengan bersikap positif bukan berarti telah menjamin tercapainya suatu keberhasilan. Namun, bila sikap kita positif, setidak-tidaknya kita sudah berada di jalan menuju keberhasilan. Berhasil atau tidaknya kita nantinya ditentukan oleh apa yang kita lakukan di sepanjang jalan yang kita lalui tersebut.
Dari beberapa buku yang saya baca beberapa tips berikut terbukti cukup membantu. Cobalah untuk menjalankan kegiatan-kegiatan berikut ini sebanyak mungkin dalam hidup kita. Sebagaimana untuk mencapai hal-hal lainnya, untuk menjadi seorang yang berpikiran positif, prosesnya harus dilakukan secara terus-menerus :
1. Pilihlah sebuah kutipan yang bernada positif setiap minggunya dan tulislah kutipan tadi pada selembar kartu berukuran 3 x 5. bawalah kartu tadi setiap hari selama seminggu. Baca dan camkanlah kutipan tadi secara berkala dalam sehari dan jadikan afirmasi, misalnya di meja kerja Anda, di dashboard mobil, atau di cermin kamar mandi. Jadikanlah setiap kutipan tersebut bagian pemikiran Anda selama seminggu itu.
Contoh :“Seorang pemimpin yang baik adalah yang bisa membesarkan semangat dan harapan-harapan kepada anak buahnya.” (Napoleon Bonaparte). “Hari ini saya ingin menolong orang sebanyak mungkin” (Harry Bullis)
2. Pilihlah seseorang yang dalam hidup Anda yang Anda anggap berpikiran negatif. Cobalah cari hal-hal yang positif dalam diri orang itu dan ubahlah pikiran-pikiran negatif Anda mengenai orang tersebut dengan hal-hal positif tadi. Sebagai orang beragama, tolong doakan pula orang tersebut dengan hal-hal positif tadi dan mohonlah agar Tuhan menolongnya.
3. Pilih satu hari istimewa dalam seminggu dan jadikanlah hari itu sebagai “hari 10″. Bangunlah pada pagi hari dan yakinlah bahwa setiap orang yang akan Anda temui bernilai “10″, dan perlakukanlah mereka secara demikian. Anda pasti akan heran sendiri melihat tanggapan yang akan Anda peroleh dari orang-orang yang selama ini Anda anggap remeh.
4. Tandai suatu hari dalam seminggu sebagai “hari berpikiran positif.” Hapuslah kata-kata “tidak dapat,” “tidak pernah,” atau kata-kata lain yang senada, usahakan agar Anda menemukan cara untuk mengatakan apa yang bisa Anda lakukan.
5. Paling tidak sekali dalam seminggu, carilah suatu kesempatan untuk bisa memberi kepada orang lain dengan tulus. Lakukanlah suatu yang khusus pada suami/istri ataupun anak-anak Anda. Berbuatlah suatu kebaikan pada seseorang yang belum Anda kenal.
Siapa yang ingin sukses ?
Kuncinya jangan pernah sekali-kali berpikiran negatif !Buang jauh-jauh hal-hal negatif; juga kalimat-kalimat negatif dari pikiran Anda !
Jangan pernah ada lagi kalimat-kalimat seperti :
“Pasti gagal;Kami belum pernah melakukannya;Kami tak sanggup melakukannya;Saya belum siap melakukannya;Itu bukan tanggung jawab kami; dan sebagainya”.
Selamat mencoba, dan ………………………………………….SEMOGA sukses senantiasa bersama kita yang selalu berusaha maksimalmenggapainya.

08.29

INDONESIA 2010
Sejak kerusuhan 1998 Indonesia mengalami badai ekonomi yang sangat dahsyat. Banyak bank yang terlikuidasi, pengusaha yang bangkrut, karyawan yang di PHK, perusahaan yang tutup dan lain sebagainya. Tampaknya memerlukan begitu banyak waktu untuk pulih 100%. Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2006 mencapai 39 juta orang lebih banyak 8 kali lipat dari jumlah penduduk Singapura yang hanya 5 juta orang.
Badai ekonomi bukan hanya terjadi pada Negara Indonesia, melainkan Negara – Negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, bahkan Jepang sekalipun. Tapi waktu pemulihan Negara Indonesia relatif lebih lama dibanding Negara – Negara lain. Contohnya seperti Malaysia, Negara yang sempat meminjam guru – guru dari Indonesia.
Apakah ini terjadi karena perbedaan genetis, letak geografis yang tidak menguntungkan? Tidak! Negara Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di dunia yang memiliki sumber daya alam yang tidak terbatas. Indonesia juga diuntungkan secara iklim yang hanya memiliki 2 musim. Dibandingkan dengan Eropa yang tidak bisa bekerja saat musim dingin. Sekarang mari kita lihat apa masalahnya.
Masalahnya terletak pada kurangnya jumlah Entrepreneur. Jumlah Entrepreneur di Amerika adalah 11% dari jumlah penduduk, jumlah Enterpreuner di Singapura mencapai 7% dari jumlah penduduk, lalu bagaimana dengan Indonesia? Ternyata jumlahnya hanya 0,18% dari jumlah penduduk. Survei membuktikan sebuah negara bisa dikatakan stabil jika jumlah Entrepreneur minimal adalah 2% dari jumlah penduduk. Dengan banyaknya jumlah Entrepreneur artinya akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran.
Kami memiliki sebuah program untuk meningkatkan jumlah Entrepreneur di Indonesia. Program ini adalah ONE MILLION-ENTERPREUNER PROGRAM. Program ini merupakan program jangka panjang NON PROFIT sampai tahun 2010 dengan visi 1.000.000 Entrepreneur baru tahun 2010. Kami akan mengadakan ROADSHOW SEMINAR ke seluruh Indonesia dan EMAIL berantai berupa informasi dan tips mingguan bagaimana menjadi seorang Entrepreneur. Program ini tidak bisa berlangsung tanpa partisipasi dan dukungan dari masyarakat Indonesia. Sebarkan Artikel ini ke 10 teman Anda, semakin cepat informasi ini tersebar maka semakin cepat pula laju kemajuan ekonomi Indonesia.
Berikut ini merupakan statistik menarik dari Leveraging Time to Create Wealth karya K.C. See.Dari 100 orang kaya:- 70% dari Bisnis- 10% dari Profesional- 10% dari karyawan- 6% lain – lain (termasuk menang lotre)Statistik sudah berbicara dan mengarahkan kita semua untuk mulai berbisnis.
Berikut pertanyaan pertanyaan yang sering dilontarkan ketika orang ingin memulai bisnis; saya tidak punya modal? Dari mana saya harus mulai? Keterampilan apa yang harus saya miliki? Umumnya 3 pertanyaan ini yang paling sering ditanyakan.
Anda tidak perlu khawatir karena dengan ONE MILLION ENTREPRENEUR PROGRAM Anda akan mendapatkan tips-tips menarik bagaimana menjadi seorang Entrepreneur yang handal.
Tips pertama : Memulai sebuah bisnis dengan memanfaatkan TREND.
Apa yang akan terjadi jika Anda membuka bisnis penyewaan video tape? Jelas ini tidak akan berhasil karena Anda akan melawan Trend. Teknologi Video tape yang dikembangkan 100 tahun tertelan oleh teknologi VCD player dalam waktu 4 tahun. Dunia berubah dengan sangat cepat jika Anda tidak mengikuti perubahan maka Anda akan punah seperti Dinosaurus.
Jeff Bezos memanfaatkan Trend internet dan membuka toko buku di dunia maya yang bernama Amazon.com dan memecahkan rekor sebagai orang tercepat mengumpulkan USD $1 milyar.Perbandingan dalam mencapai USD $1 milyar yang pertama adalah sebagai berikut:- Henry Ford membutuhkan waktu 25 tahun- Bill Gates membutuhkan waktu 12 tahun- Jeff bezos hanya membutuhkan waktu 3 tahun
Apa yang menjadi Trend di Indonesia saat ini? Carilah peluang dari trend yang sedang terjadi di Indonesia. Ikuti Trend tersebut, ciptakan produk baru untuk mendukung trend tersebut. Misalnya saat ketika terjadi demam pencarian emas di Amerika muncul Trend besar – besaran dimana orang bergerak ke arah barat untuk mencari emas. Orang yang paling sukses adalah orang yang memanfaatkan trend tersebut. Mereka adalah orang – orang yang menjual alat-alat pertambangan emas. Jika Anda melihat trend sebagai kesempatan maka Anda akan menjadi seorang Entrepreneur yang dahsyatSejak kerusuhan 1998 Indonesia mengalami badai ekonomi yang sangat dahsyat. Banyak bank yang terlikuidasi, pengusaha yang bangkrut, karyawan yang di PHK, perusahaan yang tutup dan lain sebagainya. Tampaknya memerlukan begitu banyak waktu untuk pulih 100%. Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2006 mencapai 39 juta orang lebih banyak 8 kali lipat dari jumlah penduduk Singapura yang hanya 5 juta orang.
Badai ekonomi bukan hanya terjadi pada Negara Indonesia, melainkan Negara – Negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, bahkan Jepang sekalipun. Tapi waktu pemulihan Negara Indonesia relatif lebih lama dibanding Negara – Negara lain. Contohnya seperti Malaysia, Negara yang sempat meminjam guru – guru dari Indonesia.
Apakah ini terjadi karena perbedaan genetis, letak geografis yang tidak menguntungkan? Tidak! Negara Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di dunia yang memiliki sumber daya alam yang tidak terbatas. Indonesia juga diuntungkan secara iklim yang hanya memiliki 2 musim. Dibandingkan dengan Eropa yang tidak bisa bekerja saat musim dingin. Sekarang mari kita lihat apa masalahnya.
Masalahnya terletak pada kurangnya jumlah Entrepreneur. Jumlah Entrepreneur di Amerika adalah 11% dari jumlah penduduk, jumlah Enterpreuner di Singapura mencapai 7% dari jumlah penduduk, lalu bagaimana dengan Indonesia? Ternyata jumlahnya hanya 0,18% dari jumlah penduduk. Survei membuktikan sebuah negara bisa dikatakan stabil jika jumlah Entrepreneur minimal adalah 2% dari jumlah penduduk. Dengan banyaknya jumlah Entrepreneur artinya akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran.
Kami memiliki sebuah program untuk meningkatkan jumlah Entrepreneur di Indonesia. Program ini adalah ONE MILLION-ENTERPREUNER PROGRAM. Program ini merupakan program jangka panjang NON PROFIT sampai tahun 2010 dengan visi 1.000.000 Entrepreneur baru tahun 2010. Kami akan mengadakan ROADSHOW SEMINAR ke seluruh Indonesia dan EMAIL berantai berupa informasi dan tips mingguan bagaimana menjadi seorang Entrepreneur. Program ini tidak bisa berlangsung tanpa partisipasi dan dukungan dari masyarakat Indonesia. Sebarkan Artikel ini ke 10 teman Anda, semakin cepat informasi ini tersebar maka semakin cepat pula laju kemajuan ekonomi Indonesia.
Berikut ini merupakan statistik menarik dari Leveraging Time to Create Wealth karya K.C. See.Dari 100 orang kaya:- 70% dari Bisnis- 10% dari Profesional- 10% dari karyawan- 6% lain – lain (termasuk menang lotre)Statistik sudah berbicara dan mengarahkan kita semua untuk mulai berbisnis.
Berikut pertanyaan pertanyaan yang sering dilontarkan ketika orang ingin memulai bisnis; saya tidak punya modal? Dari mana saya harus mulai? Keterampilan apa yang harus saya miliki? Umumnya 3 pertanyaan ini yang paling sering ditanyakan.
Anda tidak perlu khawatir karena dengan ONE MILLION ENTREPRENEUR PROGRAM Anda akan mendapatkan tips-tips menarik bagaimana menjadi seorang Entrepreneur yang handal.
Tips pertama : Memulai sebuah bisnis dengan memanfaatkan TREND.
Apa yang akan terjadi jika Anda membuka bisnis penyewaan video tape? Jelas ini tidak akan berhasil karena Anda akan melawan Trend. Teknologi Video tape yang dikembangkan 100 tahun tertelan oleh teknologi VCD player dalam waktu 4 tahun. Dunia berubah dengan sangat cepat jika Anda tidak mengikuti perubahan maka Anda akan punah seperti Dinosaurus.
Jeff Bezos memanfaatkan Trend internet dan membuka toko buku di dunia maya yang bernama Amazon.com dan memecahkan rekor sebagai orang tercepat mengumpulkan USD $1 milyar.Perbandingan dalam mencapai USD $1 milyar yang pertama adalah sebagai berikut:- Henry Ford membutuhkan waktu 25 tahun- Bill Gates membutuhkan waktu 12 tahun- Jeff bezos hanya membutuhkan waktu 3 tahun
Apa yang menjadi Trend di Indonesia saat ini? Carilah peluang dari trend yang sedang terjadi di Indonesia. Ikuti Trend tersebut, ciptakan produk baru untuk mendukung trend tersebut. Misalnya saat ketika terjadi demam pencarian emas di Amerika muncul Trend besar – besaran dimana orang bergerak ke arah barat untuk mencari emas. Orang yang paling sukses adalah orang yang memanfaatkan trend tersebut. Mereka adalah orang – orang yang menjual alat-alat pertambangan emas. Jika Anda melihat trend sebagai kesempatan maka Anda akan menjadi seorang Entrepreneur yang dahsyat

07.48

Campus Corner
Berani Mengangkat, Berani Meletakkan
Ada seorang karyawan yang berkeluh kesah mengenai anaknya. Kata karyawan itu yang kebetulan seorang ibu “Anak saya tidak mau saya pergi bekerja. Dia ingin agar saya menemani anak saya untuk belajar, bermain. Sedangkan sudah saya lakukan sepulang kerja. Tetapi anak saya protes bahwa ibu tidak ada waktu, sibuk bekerja, pulang sudah larut. Saya sudah jelaskan bahwa ibu bekerja untuk mencari uang agar bisa sekolah yang baik, punya rumah yang baik, bisa jalan-jalan. Anak saya malah membantah bahwa Dia seperti tidak memiliki Ibu”. Berdasarkan cerita di atas, kita hanya melihat sekilas saja, tetapi jika diambil jangka panjang, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, bisa menjadi baik bisa pula menjadi buruk. Saya mengambil sisi yang buruk antara lain si Anak akan mengalami depresi yang mendalam, kemudian bisa pula mengambil cara / jalan untuk mencari perhatian, misalnya dengan manja dengan orang lain, atau malah secara ekstrim yaitu narkoba, bahkan sampai bunuh diri. Keluhan Ibu di atas, adalah ilustrasi bahwa Ibu sudah mengambil keputusan untuk bekerja, si Ibu tentu tahu resikonya yaitu perhatian ke anak akan berkurang. Ibu mungkin hanya membutuhkan waktu sebentar saja. Ibu harus menemani anak bermain, bukan membawa pekerjaan ke dalam rumah, ataupun kerja sampai larut malam. Bisa saja dengan cara Ibu ini mengambil cuti selama beberapa hari untuk menemani si anak. Ini memang keputusan yang sulit, apalagi jika Ibu itu sudah mempunyai jabatan yang cukup tinggi di perusahaan. Tetapi keputusan ada di tangan si Ibu. Permasalahan ini juga terjadi di nilai mahasiswa. Seorang mahasiswa harus belajar. Sering kali mahasiswa mengambil keputusan yaitu belajar pada 1 minggu sebelum ujian berlangsung. Ini masih wajar, tetapi jika mahasiswa sudah tidak mau masuk kuliah, tidak ikut ujian, maka mahasiswa tsb tidak akan lulus matakuliah tersebut, sulit mencari pekerjaan karena ijasah banyak angka merah, menjadi pengangguran. Kemudian mahasiswa tersebut menyalahkan diri sendiri, dan berakibat fatal ke mahasiswa yang bersangkutan . Mahasiswa sudah berani mengambil resiko maka nilai akan ada di pundak dosen. Jika nilai jelek, sebenarnya ini sudah ada teguran kepada kita, bahwa ini ada resiko jika kita tidak perbaiki. Apalagi sampai mahasiswa sudah tidak kuliah, maka dia harus menerima resiko yaitu tidak lulus dan tidak melihat siapa yang bersalah. Permasalahan lain yaitu penyakit. Pekerja pun sering kali bekerja dengan sangat giat. Sehingga menyita waktu untuk berolah raga, makan menjadi tidak beraturan. Sering kali, Tuhan sudah mengingatkan kita dengan diberikan sakit yang ringan. Tetapi seorang pekerja sering kali mengabaikan hal ini, menyebabkan penyakit datang mulai dari flu, sakit panas, batuk dll. Pekerja yang mengalami hal ini haruslah sadar, untuk beristirahat sebentar. Jika tidak mau istirahat, maka akibatnya akan menjadi fatal, tubuh menjadi ada penyakit yang lebih berat, antara lain : stroke, darah tinggi dll. Sebenarnya masalah di atas, sudah ada nasehat dari Tuhan, bahwa kita melakukan kesalahan. Dan kita harus pandai membaca kata hati atau nasehat dari Tuhan, bahwa teguran dan nasehat itu sudah diberikan. Apakah kita mau menjawab atau tidak, itu terserah kita. Kita harus menjawab dan menjalankan perintah ini. Cuma kita kadang tidak mau menjawab dan menjalankannya. Jadi jika mengalami kondisi di atas atau yang sejenisnya, maka kita harus menjawabnya, sebaiknya berpikir bahwa Teguran sudah diberikan, maka kita harus memperbaikinya. Teguran itu jangan dibiarkan saja, harus ada tindak lanjutnya. Dan kita jangan menyalahkan orang lain, atau kantor, atau keluarga atau apapun, semua keputusan ada di tangan kita. Jadi kalau kita Berani mengangkat maka harus berani meletakkan. Kita sering kali hanya berani mengangkat tetapi tidak berani meletakkan. Jika kita berani mengambil suatu keputusan, maka kita juga harus berani meletakkan keputusan yang sudah kita ambil. Oleh :Agus Putranto, S.Kom, MT, MScaputra@binus.edu eXcellent Centre in E-Learning Bina Nusantara Campus Corner --> Selasa, 07-Oktober-2008; 09:43:35 WIBBerani Mengangkat, Berani Meletakkan( 0 Komentar ) -->Oleh : Agus Putranto Ada seorang karyawan yang berkeluh kesah mengenai anaknya. Kata karyawan itu yang kebetulan seorang ibu “Anak saya tidak mau saya pergi bekerja. Dia ingin agar saya menemani anak saya untuk belajar, bermain. Sedangkan sudah saya lakukan sepulang kerja. Tetapi anak saya protes bahwa ibu tidak ada waktu, sibuk bekerja, pulang sudah larut. Saya sudah jelaskan bahwa ibu bekerja untuk mencari uang agar bisa sekolah yang baik, punya rumah yang baik, bisa jalan-jalan. Anak saya malah membantah bahwa Dia seperti tidak memiliki Ibu”. Berdasarkan cerita di atas, kita hanya melihat sekilas saja, tetapi jika diambil jangka panjang, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, bisa menjadi baik bisa pula menjadi buruk. Saya mengambil sisi yang buruk antara lain si Anak akan mengalami depresi yang mendalam, kemudian bisa pula mengambil cara / jalan untuk mencari perhatian, misalnya dengan manja dengan orang lain, atau malah secara ekstrim yaitu narkoba, bahkan sampai bunuh diri. Keluhan Ibu di atas, adalah ilustrasi bahwa Ibu sudah mengambil keputusan untuk bekerja, si Ibu tentu tahu resikonya yaitu perhatian ke anak akan berkurang. Ibu mungkin hanya membutuhkan waktu sebentar saja. Ibu harus menemani anak bermain, bukan membawa pekerjaan ke dalam rumah, ataupun kerja sampai larut malam. Bisa saja dengan cara Ibu ini mengambil cuti selama beberapa hari untuk menemani si anak. Ini memang keputusan yang sulit, apalagi jika Ibu itu sudah mempunyai jabatan yang cukup tinggi di perusahaan. Tetapi keputusan ada di tangan si Ibu. Permasalahan ini juga terjadi di nilai mahasiswa. Seorang mahasiswa harus belajar. Sering kali mahasiswa mengambil keputusan yaitu belajar pada 1 minggu sebelum ujian berlangsung. Ini masih wajar, tetapi jika mahasiswa sudah tidak mau masuk kuliah, tidak ikut ujian, maka mahasiswa tsb tidak akan lulus matakuliah tersebut, sulit mencari pekerjaan karena ijasah banyak angka merah, menjadi pengangguran. Kemudian mahasiswa tersebut menyalahkan diri sendiri, dan berakibat fatal ke mahasiswa yang bersangkutan . Mahasiswa sudah berani mengambil resiko maka nilai akan ada di pundak dosen. Jika nilai jelek, sebenarnya ini sudah ada teguran kepada kita, bahwa ini ada resiko jika kita tidak perbaiki. Apalagi sampai mahasiswa sudah tidak kuliah, maka dia harus menerima resiko yaitu tidak lulus dan tidak melihat siapa yang bersalah. Permasalahan lain yaitu penyakit. Pekerja pun sering kali bekerja dengan sangat giat. Sehingga menyita waktu untuk berolah raga, makan menjadi tidak beraturan. Sering kali, Tuhan sudah mengingatkan kita dengan diberikan sakit yang ringan. Tetapi seorang pekerja sering kali mengabaikan hal ini, menyebabkan penyakit datang mulai dari flu, sakit panas, batuk dll. Pekerja yang mengalami hal ini haruslah sadar, untuk beristirahat sebentar. Jika tidak mau istirahat, maka akibatnya akan menjadi fatal, tubuh menjadi ada penyakit yang lebih berat, antara lain : stroke, darah tinggi dll. Sebenarnya masalah di atas, sudah ada nasehat dari Tuhan, bahwa kita melakukan kesalahan. Dan kita harus pandai membaca kata hati atau nasehat dari Tuhan, bahwa teguran dan nasehat itu sudah diberikan. Apakah kita mau menjawab atau tidak, itu terserah kita. Kita harus menjawab dan menjalankan perintah ini. Cuma kita kadang tidak mau menjawab dan menjalankannya. Jadi jika mengalami kondisi di atas atau yang sejenisnya, maka kita harus menjawabnya, sebaiknya berpikir bahwa Teguran sudah diberikan, maka kita harus memperbaikinya. Teguran itu jangan dibiarkan saja, harus ada tindak lanjutnya. Dan kita jangan menyalahkan orang lain, atau kantor, atau keluarga atau apapun, semua keputusan ada di tangan kita. Jadi kalau kita Berani mengangkat maka harus berani meletakkan. Kita sering kali hanya berani mengangkat tetapi tidak berani meletakkan. Jika kita berani mengambil suatu keputusan, maka kita juga harus berani meletakkan keputusan yang sudah kita ambil.

11.31

WHO AM I ?
Abraham lincoln Presiden ke-16 Amerika Serikat (1809-1865) menyatakan “Jika saya punya waktu delapan jam! untuk menebang pohon, Saya akan menghabiskan waktu enam jam! untuk mengasah kapak”. Sebuah perumpamaan yang sangat dalam artinya jika kita mencoba mengkaitkannya dengan ketrampilan interpersonal. Seperti yang dikatakan Lincoln setiap interaksi harus diawali dengan persiapan yang matang agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan memberikan keuntungan. Untuk itu penting artinya jika kita akan membangun hubungan dengan orang lain, maka kita harus menyiapkan diri kita secara positif. Kata kunci dari semuanya itu adalah “penerimaan”. Penerimaan bisa berupa senyum yang tulus, sambutan yang hangat, komunikasi yang konstruktif, keinginan untuk saling membantu, penuh dengan solusi, dan lain sebagainya. Jika hal itu yang kita inginkan dalam kegiatan komunikasi dengan orang lain, maka siapkan diri sahabat.
Who Am I
Dalam membangun dan menyiapkan diri sahabat agar mampu berinteraksi dengan orang lain dalam kerangka ketrampilan interpersonal adalah mengenali diri sahabat sendiri. Pengenalan diri penting artinya agar kita mampu untuk mengetahui konsep diri kita, dan selanjutnya dengan konsep diri tersebut akan muncul potensi-potensi dalam diri kita yang dapat dikembangkan.
Seringkali ketika sahabat diminta untuk memberikan definisi “siapa saya”, maka terkadang jawaban yang mengalir sangat terbatas. Keterbatasan itu nampak bahwa definisi yang disebutkan adalah terbatas yang bisa dicermati dengan indera mata (dapat dilihat). Contohnya, saya seorang laki-laki, lahir dimana, ibu bapaknya siapa, tinggal dimana, dan seterusnya. Nah keterbatasan definisi inilah yang kemudian menjadi permasalahan yang tidak sederhana, karena kita memandang diri kita pada daerah yang sangat sempit yaitu sebatas apa yang bisa kita lihat. Hal inilah yang menghambat sahabat untuk dapat mengenal diri kita secara menyeluruh (komprehensif)
Untuk dapat membangun diri kita dengan baik, maka harus mendefinisikan siapa diri kita secara menyeluruh. Menyeluruh tidak sebatas apa yang kita lihat, namun juga apa yang kita dengan, kita rasakan, dari pengalaman hidup dan pola interaksi yang telah kita buat sebelumnya ataupu pandangan orang lain terhadap kita. Ada cara untuk mengenal diri kita dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan:
Menyusun daftar kelemahan dan kelebihan kita. Hal ini dapat anda lakukan dengan mudah. Namun harus diusahakan untuk tetap jujur. Kadang dalam tahapan ini sahabat akan cenderung lebih cepat dalam mencermati sisi kelemahan. Artinya apa , bahwa sebagai pribadi kita terlalu sering memikirkan tentang kelemahan diri kita. Padahal kita sadar bahwa setiap manusia itu juga dianugerahi kelebihan. Dengan semakin sering dipikirkan, maka terkadang pikiran itu akan diaplikasian dalam bentuk perilaku. Dengan kondisi ini maka secara tidak sadar apa yang kita lakukan setiap hari adalah representasi dari kelemahan kita. Pada saat itulah kita akan mengalami masa dimana kita selalu menganggap rendah diri kita dan kurang menghargai diri sendiri. Menurut Lawrence J. Crabb Jr ”kebutuhan pribadi yang mendasar dari setiap orang adalah untuk menganggap dirinya sebagai pribadi yang berharga”.
Pandangan orang lain tentang kita. Kita juga mampu menemukan diri kita dengan mencermati lingkungan dimana kita sering berinteraksi didalamnya. Komponen-komponen lingkungan tersebut akan memberikan respon terhadap tingkah laku, sikap, sifat, yang kita tunjukkan pada lingkungan. Orang lain tersebut bisa teman, tetangga, keluarga, ataupun orang lain yang berhubungan dengan kita. Respon setiap orang tentang apa yang kita lakukan bisa jadi berlainan, maka kita harus cermat untuk memikirkannya. Jangan sampai terlalu emosional untuk mengambil respon yang terlalu cepat atas penilaian lingkungan terhadap kita. Oleh karena itu kita semestinya harus berhati-hati. Nah, jika tidak hati-hati maka kita akan terjerumus pada konsepsi yang salah tentang diri kita, dan itu adalah bentukan lingkungan, bukan kita sesungguhnya. Dr. Maxwell Maltz, kita adalah apa yang kita pikirkan.
Dalam proses yang lebih dalam kita mengenal apa yang disebut sebagai pengembangan kepribadian. Proses ini merupakan manifestasi/perwujudan ketrampilan sosial dan pengenalannya terhadap diri sendiri. Dengan definisi diatas kegiatan pengembangan diri akan diperoleh secara maksimal jika ada dua langkah besar yaitu pertama, mengenal dirinya sendiri secara utuh dan kedua perwujudan ketrampilan sosial yang diimplentasikan melalui kemampuan berkomunikasi, ketrampilan interpersonal, memiliki jaringan pertemanan yang luas. Dengan dua langkah besar ini maka manusia akan terus mengalami perkembangan baik secara emosional, spiritual dan intelektual.
Ada tiga hal yang dapat kita telaah dari proses pengenalan diri:
Merupakan proses menggugah kesadaran tentang diri sendiri melalui intropeksi/evaluasi secara jujur, objektif.
Proses menyadari sisi positif dan sisi negatif diri sendiri
Proses evaluasi/intropeksi melalui bantuan orang lain atau umpan balik
Ada tiga teori pembentuk kepribadian manusia:
Teori Nature : Teori ini berpendapat bahwa kepribadian manusia itu terbentuk dari bawaan lahir. Teori ini sangar percaya bahwa pada saat dilahirkan manusia telah memiliki kepribadian yang seperti saat dia dewasa. Dengan kemampuan itulah manusia mencoba menjadi dirinya sendiri sesuai dengan kodrat lahiriah yang dia bawa dari garis keturunannya. Contohnya seorang anak yang lahir dari pasangan olahragawan, bisa jadi telah memiliki potensi yang sama sejak lahir, sehingga kemungkinan besar ketika dewasa si anak akan menjadi olahragawan juga seperti orang tuanya.
Teori Nurture : Teori ini berpendapat bahwa kepribadian manusia terbentuk dari pengaruh lingkungan. Faktor luar tersebut bisa dari masyarakat, sekolah, pergaulan, buku, televisi, dan lainnya. Teori ini sangat tidak setuju bahwa manusia itu memperoleh bentukan kepribadia sejak lahir. Mereka dapat menjadi seperti saat ini karena terpengaruh oleh lingkungan dimana dia beriteraksi setiap harinya. Dengan proses inteksi tersebut maka anak akan memperoleh pengalaman, ketrampilan, pengetahuan. Dengan modal itulah anak menjadi dirinya saat dia dewasa kelak. Sehingga belum tentu anak seorang pemimpin, nanti ketika dewasa dia juga memiliki jiwa pemimpin, jika tidak dilatih, di didik dan diberikan pengalaman dalam memimpin.
Teori Konvergensi : Teori ini berpendapat bahwa manusia itu sebenarnya dibentuk atas dua komponen. Pertama, sejak lahir dia secara genetik memang telah memiliki karakter, sifat, dan potensi yang diturunkan oleh orang tua atau darah keturunannya. Setelah potensi itu ada, maka harus ditemukan, dan diasah dengan cara yang tepat oleh lingkungan. Tentu saja, dengan pendidikan, pelatihan, yang sesuai. Dengan demikian, maka akan terbentuk sebuah bentukan kepribadian yang kuat. Karena terdapat keseimbangan dalam pengembangannya. ”Sebuah pisau dilahirkan dengan tajam, karena berguna untuk memotong sesuatu. Pisau tersebut akan berguna jika digunakan dengan tepat. Dengan sering digunakan, diasah dengan rutin, maka pisau akan semakin tajam. Pun jika pisau tersebut tidak digunakan, karena tak menemukan fungsinya, dan hanya diletakkan dipojok dapur. Maka pisau tersebut akan berkarat, tumpul, dan akhirnya tidak dapt digunakan sebagaimana mestinya”.
Apa yang dapat kita cermati dari proses pengembangan Kepribadian:
Dalam pengembangan merupakan proses yang selalu berkesinambungan dan tidak akan pernah berhenti, selama kita memiliki hasrat untuk tetap eksis. Proses ketrampilan sosial yang diperoleh seseorang dari pengenalan terhadap dirinya sendiri dan pengenalan terhadap lingkungan
Proses mengasah sifat-sifat baik dan mengurangi sifat-sifat jelek.
Proses menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga dapat berperan secara optimal dan membentuk pribadi yang mandiri
Proses mengembangkan bakat yang dimiliki, meningkatkan PD dan mewujudkan kepribadian plus
Tujuan dari pengembangan kepribadian adalah sebagai berikut:
Jangka pendek untuk mewujudkan potensi yang dimiliki. Mewujudkan potensi bisa diartikan memunculkan potensi-potensi yang kita miliki ke permukaan agar bisa diasah dan dilatih dengan tepat. Kondisi ini kan membuat kita mampu untuk senantiasa merasa berharga dengan potensi prima yang ada dalam diri kita
Dapat berperan secara optimal sebagai makhluk social. Dengan potensi tersebut maka kita akan percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan iteraki tersebut maka akan terjadipertukaran peran dan fungsi, dimana akan saling menguntungkan. Setiap peran yang kita lakukan untk lingkungan pasti membawa sesuatu yang baik, terutama untuk diri kita.
Mendapatkan nilai tambah baik untuk diri sendiri maupun lingkungan. Nilai tambah tidak selau berwujud finansial ataupun fisik. Namun penghargaan, pengakuan, kepercayaan, rasa hormat atas apa yang kita lakukan dimasyarakat merupaka wujud nyata dari sebuah nilai tambah.

10.37

MENEGAKKAN KEMBALI IDEAL NASIONALISME INDONESIA

Oleh: M.D. Kartaprawira

Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 adalah Proklamasi Kebangsaan Indonesia yang merupakan ikrar tentang eksistensi nasion dan nasionalisme Indonesia yang telah tumbuh puluhan tahun dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Perjuangan bangsa Indonesia tersebut pada tanggal 17 Agustus 1945 mencapai titik kulminasi dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta. Hal itu membuktikan bahwa nasionalisme Indonesia sudah merupakan faktor penentu perkembangan sejarah Indonesia – sejarah berdirinya negara Republik Indonesia.
Substansi Nasionalisme Indonesia mempunyai dua unsur: Pertama; kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dengan jelas dinyatakan “atas nama bangsa Indonesia”, sedang dalam Pembukaan UUD 1945 secara tegas dikatakan, "Segala bentuk penjajahan dan penindasan di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Proklamasi Kebangsaan Indonesia tersebut dalam sejarah perkembangannya telah memberi makna yang sangat signifikan bagi nation building dan pemantapan kesadaran nasionalisme Indonesia. Proses pengembangan kesadaran nasionalisme Indonesia dipelopori oleh Bung Karno (terutama) sejak masa mudanya, yang berkeyakinan bahwa hanya dengan ide dan jiwa nasionalismelah sekat-sekat etnik, suku, agama, budaya dan tanah kelahiran bisa ditembus untuk menggalang persatuan perjuangan melawan kolonialisme. Dalam artikel-artikelnya, banyak pidato dan diskusinya masalah nasionalisme dengan gencar diperjuangkan oleh Bung Karno. Bahkan sekat-sekat ideologipun oleh Bung Karno ditebas tanpa ampun demi perjuangan tersebut (baca: “Nasionalisme, Islam dan Marxisme” yang ditulis Bung Karno 1926.).
Berdirinya Republik Indonesia tersebut telah memberi bukti bahwa nation Indonesia beserta kesadaran nasionalismenya tidak hanya eksis, tapi hidup-aktif dalam pengembangan dirinya dan dalam kehidupan masyarakat antar bangsa. Eksistensi nasion dan nasionalisme Indonesia adalah fakta obyektif yang tidak dapat dinegasikan oleh teori-teori atau analisis-analisis apapun. Analisis atau pandangan yang menyimpulkan bahwa “IndonesiĆ« bestaat niet” (Indonesia itu tidak ada) dengan alasan kata “Indonesia” berasal dari asing telah mengalami kegagalan, tidak laku dijajakan sebagai wacana untuk memanipulasi nasionalisme Indonesia dan untuk memecah belah bangsa serta integritas NKRI. Suka atau tidak suka, harus diakui keberadaan bangsa Indonesia dengan kesadaran nasionalismenya, dan keberadaan negara Indonesia dengan segala atributnya sebagai suatu fakta yang tidak dapat disangkal oleh siapapun.

Bicara tentang nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa kita tidak bisa menerapkan padanan dengan nasionalisme Barat. Sebab nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang berpondasi Pancasila. Artinya nasionalisme tersebut bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung Karno disebut Socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa/suku bangsa lain. Maka nasionalisme Indonesia berbeda dengan nasionalisme Barat yang bisa menjurus ke sovinisme -- nasionalisme sempit – yang membenci bangsa/sukubangsa lain, menganggap bangsa/sukubangsa sendirilah yang paling bagus, paling unggul dll. sesuai dengan individualisme Barat. Nasionalisme Indonesia sampai tahun 1965 sudah mantap bersemayam di dada bangsa Indonesia. Tahap nation building telah tercapai dan bersiap-siaga untuk menuju ke tahap berikutnya – state building, yang terhambat dan rusak berat dalam perjuangan untuk nation building, perjuangan melawan pemberontakan-pemberontakan dan sisa-sisa kolonialisme. Tapi tahap perjuangan state building ini ternyata terpangkas oleh timbulnya peristiwa G30S dan berdirinya kekuasaan rezim Orde Baru/Jendral Soeharto.

Dewasa ini harus diakui bahwa kesadaran Nasionalisme sedang mengidap banyak masalah berat, yang memerlukan pembenahan secara serius. Kegagalan pembenahannya akan mempunyai dampak terhadap persatuan bangsa dan kesatuan negara Indonesia. Dengan kilas balik ke sejarah lampau, kita melihat jelas bahwa selama Indonesia dalam kekuasaan rezim Orba berlaku tatanan pemerintahan kediktatoran-militer yang anti demokrasi, anti national, anti HAM, anti hukum dan keadilan, yang menumpas ideal nasionalisme Indonesia. Kekuasaan demikian, yang berlangsung selama 32 tahun dan menggunakan pendekatan kekerasan, telah mematikan inisiatif dan kreativitas rakyat, memperbodoh rakyat. Di sisi lain tindakan rezim Orba tersebut menumbuhkan kebencian rakyat mendasar, terutama rakyat luar Jawa yang merasakan kekayaan alamnya dijarah dan kebudayaannya dieliminir. Maka tidaklah salah kalau dikatakan terjadi penjajahan oleh rezim Orba/rezim Soeharto. Kolonialisme Orba ini meskipun hanya 32 tahun (suatu jangka waktu relatif pendek jika dibandingkan dengan penjajahan kolonialisme Belanda) menjajah Indonesia tapi kerusakan yang diakibatkannya telah menimbulkan krisis multi dimensional yang luar biasa, kemelaratan dan kesengsaraan rakyat yang tak terhingga. Dari situasi yang demikian itu rakyat daerah luar Jawa merasakan ketidak adilan yang sangat mendalam, yang mengakibatkan tumbuhnya benih-benih gerakan disintegrasi dalam negara Indonesia. Di samping itu konflik yang bernuansa SARA, mis.: antara suku Dayak dengan suku Madura (di Kalimantan), antara ummat Kristen dengan ummat Islam (di Maluku dan Sulawesi), penganiayaan fisik dan pengrusakan hartabenda etnik Tionghoa (di Jakarta) dll. adalah juga tengara retaknya bangunan nasionalisme Indonesia.

Maka dengan demikian menjadi jelas bahwa sumber keretakan bangunan nasionalisme tersebut, adalah kekuasaan rezim Orde Baru di bawah pimpinan jendral Soeharto. Tanpa mengetahui sumber malapetaka tersebut kita tidak akan bisa dengan tepat memperbaiki/menyehatkan nasionalisme Indonesia yang sedang sakit tersebut.
Sedang hujatan-hujatan terhadap “Pusat” tanpa kejelasan Pusat itu siapa, akan mengarah kepada solusi yang keblinger, yang hanya akan memperparah nasionalisme yang sedang sakit dewasa ini. Mengacu pada uraian di atas Pusat harus diartikan kekuasaan rezim Orba (termasuk rezim Habibie). Akan tidak benarlah kalau pemerintahan Gus Dur dan pemerintahan Megawati dimasukkan dalam kategori Pusat yang harus dikutuk seperti rezim Orba. Sebab tanpa menutup kekurangan-kekurangannya pemerintahan Gus Dur dan pemerintahan Megawati adalah pemerintahan reformasi yang terpaksa menerima warisan segala kebobrokan rezim Orba. Kedua pemerintahan tersebut tidak mungkin bisa memperbaiki keadaan negara yang amburadul dewasa ini, bahkan siapa pun yang akan memegang pemerintahan kelak. Kalau mereka bisa mengadakan seberapa pun perbaikan, itu adalah suatu kemajuan dan keberhasilan. Sedang pemlintiran kata “pusat” diidentikkan dengan suku Jawa (sehingga timbul tuduhan dijajah oleh Jawa), jelas hal itu bertujuan untuk menimbulkan rasa ketidaksenangan, permusuhan antara suku non-Jawa terhadap suku Jawa. Jadi kalau kita ingin mencari akar penyebab retaknya ideal nasionalisme Indonesia, tidak boleh tidak kita harus tunjuk hidung pada kekuasaan rezim Orde Baru/Soeharto, yang dengan kejam menjajah dan rakus menjarah kekayaan daerah.

Ada suatu pendapat bahwa nasionalisme rentan terhadap manipulasi (Arief Budiman). Pendapat tersebut tidak salah. Tapi perlu penegasan lebih lanjut, bahwa tidak hanya nasionalisme saja yang rentan manipulasi, pun hukum, demokrasi, humanisme, keadilan, Pancasila demikian juga. Kerentanan itu harus dipandang sebagai konsekwensi/akibat proses demokrasi yang belum mantap dan budaya orba yang masih eksis di semua lapangan kehidupan. Pengalaman tragedi bangsa dan negara selama 32 tahun dalam kekuasaan rezim orde baru telah membuktikan hal tersebut. Bahkan apa saja bisa dimanipulasi oleh rezim Orde Baru kala itu dengan segala cara termasuk politik kekerasan.

Tapi akan menuju ke kesimpulan sesat apabila kerentanan nasionalisme dikarenakan oleh bentuk negara: negara kesatuan atau negara federal, tanpa menunjukkan raison d’etre sesungguhnya yaitu politik diktatur-fasis penyelenggara negara yang berkuasa saat itu (orde baru). Sebab manakala seseorang tidak mengkaitkan kebobrokan bangsa dan negara ini dengan kekuasan rejim orde baru sebagai sumber penyebabnya, maka kesimpulannya akan tidak jujur dan tidak obyektif. Baik hal itu kebobrokan dalam bidang kehidupan bermasyarkat dan bernegara maupun dalam bidang-bidang khusus – hukum, keadilan HAM, ekonomi, moral/budaya. Dengan demikian, manakala seseorang mempersoalkan bentuk negara kesatuan RI sebagai penyebab rusaknya nasionalisme Indonesia tidak bisa dibenarkan. Dan dari situ, juga tidak dapat dibenarkan solusi pembentukan negara federasi sebagai penyembuh nasionalisme Indonesia yang sedang sakit dewasa ini.
Acuan pada kasus runtuhnya Uni Soviet dan Yugoslavia tidaklah bisa membuktikan kebenaran tesis di atas. Pertama-tama, banyak orang dari permulaan tidak melihat bahwa sesungguhnya negara-negara tersebut adalah negara federasi. Bahkan sistem federasi Uni Soviet mempunyai struktur yang paling desentralistik di dunia : Uni Soviet sebagai Negara Federasi, terdiri a.l. negara bagian yang berbentuk federasi juga (misalnya negara bagian Rusia), sedang di dalam struktur beberapa negara-bagian yang lain terdapat republik-otonom, yang semuanya lengkap dengan segala alat perlengkapan negara. Tapi toh Negara Federasi Uni Soviet jatuh berantakan. Dengan demikian solusi pembentukan negara federal dalam kaitannya dengan masalah nasionalisme Indonesia tidak dapat dibenarkan.

Di samping itu masih ada lagi alasan-alasan yang tidak membenarkan solusi pembentukan negara federal di Indonesia:
a. Dalam situasi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang sangat rawan dewasa ini (gagasan) pembentukan negara federal sama artinya mengobarkan dan mempercepat proses disintegrasi. Sesungguhnya solusi pembentukaan otonomi luas bagi daerah-daerah sudah tepat sekali, meskipun realisasinya masih menghadapi kendala-kendala yang sangat serius.
b. Dalam membaca peta politik dewasa ini tampak bahwa kekuatan Orde Baru masih utuh di mana-mana, bahkan konsolidasinya makin menguat. Kalau pada era kejayaannya, semboyan “mempertahankan Negara Kesatuan (NKRI)”, semata-mata sebagai taktik untuk mempermudah realisasi strategi kolonialisme terhadap daerah-daerah. Maka dalam era reformasi dewasa ini gagasan pembentukan Negara Federal akan merupakan kesempatan bagus bagi kekuatan Orde Baru untuk mendirikan rezim-rezim Orba di daerah-daerah, sebab mereka memiliki sumber dana dan sumber daya manusia sangat besar.
Dari persoalan-persoalan yang terurai di atas, sampailah pada pertanyaan bagaimana perspektif nasionalisme Indonesia ini. Di kalangan masyarakat timbul pandangan pesimistik, yang menjadi dasar pendorong untuk pembenaran gagasan-gagasan disintegrasi. Tapi di samping itu terdapat pandangan optimistik yang cukup kuat. Penulis yang termasuk dalam golongan terakhir berpendapat, bahwa nasionalisme Indonesia bisa “sehat”, sebab sebagian besar rakyat Indonesia masih teguh jiwa patriotismenya, cinta bangsa dan tanah air Indonesia. Tapi hal itu sulit akan terjadi apabila tidak didasari oleh upaya-upaya serius oleh penyelenggara negara untuk:
1. Pembangunan ekonomi di semua daerah secara merata dan realisasi otonomi daerah secara luas.
2. Penegakan demokrasi yang tidak anarkhistik, supremasi hukum yang berkeadilan dan demokratik.
3. Penggalakan kehidupan bersuasana toleransi, aman-damai dan rukun dalam masyarakat yang multi agama, suku, etnik dan budaya.

Kegagalan atas upaya tersebut di atas akan mempercepat berlanjutnya proses penipisian kesadaran nasionalisme Indonesia, yang akan berakibat semaraknya gerakan disintegrasi bangsa dan negara. Inilah tugas berat pemerintahan Megawati dewasa ini. Tetapi tuntutan yang tidak proporsional terhadap Megawati adalah suatu kecupetan pikir. Sebab sebagai pemerintahan transisional dia tidak mungkin mensukseskan tugas-tugas di atas secara tuntas, dan cepat berhubung kerusakan yang diakibatkan oleh rezim Orba begitu hebat. Mungkin dalam waktu 10 tahun mendatang baru akan tampak hasil yang signifikan. Jadi kalau sekarang ini pemerintahan Megawati sudah “berhasil” menenteramkan kerusuhan-kerusuhan di Maluku, Sulawesi Utara dan Kalimantan Tengah; kalau dia berhasil mengerem laju proses disintegrasi di beberapa daerah, men”stabil”kan ekonomi sudah dapat dikatakan suatu kesuksesan. Maka adalah tugas kita semua untuk membantu pemerintahan Megawati dalam memperbaiki kerusakan-kerusakan negara dewasa ini. Penggoyangan pemerintahan Megawati, apalagi seruan penggulingan terhadapnya, adalah tindakan tidak bertanggung jawab dan berpenyakit kekanak-kanakan (kekiri-kirian), yang akan hanya menguntungkan kekuatan Orde Baru saja yang kini masih kuat bercokol di semua bidang. Memang pemerintahan Megawati memiliki tidak sedikit kekurangan, tapi itu adalah kekurangan obyektif dalam situasi transisi dewasa ini. Jadi strategi dan taktik perjuangan harus disesuaikan dengan peta politik dewasa ini.
Mau tidak mau PDI Perjuangan harus diakui sebagai benteng pertahanan nasionalisme (sosio-nasionalisme) yang kini menghadapi lawan politik yang tidak ringan. Maka perpecahan di dalam partai yang dilanjutkan dengan pembentukan partai-partai baru oleh beberapa tokoh yang nyempal, dapat disesalkan. Dan lebih disesalkan lagi “hantaman” dari salah satu keluarga Bung Karno sendiri terhadap pemerintahan Megawati. Bukankah itu semuanya merupakan tindakan pecah belah kekuatan nasionalis? Yang seharusnya mereka semua – kaum nasionalis – menyatukan diri mensukseskan tugas pemerintah untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan akibat kezaliman rezim Orba? Dalam hal ini wajar adanya pertanyaan: siapa yang diuntungkan? Tentu saja jawabnya: kekuatan Orde Baru. Apakah ini bukan berarti terperangkap dalam skenario licin, licik dan jijik dari kekuatan Orde Baru? Mudah-mudahan kekuatan nasionalis menyadari hal tersebut dan bersatu dalam satu front perjuangan politik demi keselamatan Negara Kesatuan RI, Pancasila dan UUD 45. Hanya dengan demikian ada harapan besar untuk suksesnya penegakan ideal nasionalisme Indonesia yang telah dicabik-cabik oleh kekuasaan fasis Orde Baru.

09.50

Pengertian Nasionalisme

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata ‘nation’ (Inggris) yang berarti bangsa.

Ada beberapa tokoh mengemukakan tentang pengertian Nasionalisme.
1. Menurut Ernest Renan: Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
2. Menurut Otto Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib.
3. Menurut Hans Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional inilah yang membentuk nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.
Untuk lebih jelas lagi perlu kita perhatikan beberapa definisi nasionalisme berikut ini! 4. Menurut L. Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
5. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:1. Hasrat untuk mencapai kesatuan.2. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.3. Hasrat untuk mencapai keaslian.4. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa. Dari definisi itu nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok manusia yang:
a. memiliki cta-cita bersama yang mengikat warga negara menjadi satu kesatuan; b. memiliki sejarah hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib sepenanggungan; c. memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama; d. menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah; dan e. teroganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.
6. Selanjutnya menurut Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.

Suatu negara kebangsaan akan menjadi kuat bila timbul nafsu untuk mengembangkan negaranya. Nafsu untuk berkuasa itu mendorong negara tersebut memperkuat angkatan perang. Bila telah merasa diri mereka kuat, maka berbagai alasan dicari-cari sehingga bisa timbul penjajahan yang sesungguhnya. Semangat dan nafsu untuk berkuasa atas bangsa lain ini merupakan salah satu sebab adanya kolonialisme dan imperialisme.

Makna Nasionalisme
Makna Nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.
Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Jadi Nasionalisme dapat diartikan:
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila
Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan – kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan;menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri;mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;mengembangkan sikap tenggang rasatidak semena-mena terhadap orang lain;gemar melakukan kegiatan kemanusiaan;senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan;berani membela kebenaran dan keadilan;merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat manusia; danmenganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.