Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah alumni SMK Pancasila 5 Wonogiri. Terlahir dan terdidik dibawah pendidikan berjiwa Nasionalis. Sekarang telah melanjutkan Study di STMIK Sinar Nusantara. Yang juga mempunyai ideologi yang nasionalis dan berpedoman pada Pancasila penuh. Mengambil Jurusan Teknik Informatika S1. Aktif dalam Organisasi Sie.Com, GMNI, CIT, dan Salah Satu Partai Politik Indonesia. Bagi temen-temen yang ingin berhubungan dengan saya bisa kirim e-mail ke indra_mhss@yahoo.co.id atau ika_mygirlfriend@yahoo.com
..::INILAH KARYAKU::..
.::Diambil dari sejumlah sumber::.::Pusat Telekomunikasi dan Informasi Universitas Negeri Yogyakarta::.::Pusat Pengembangan Teknologi Informasi Indonesia::.::Pusat Pengembangan FOSS ID Universitas Gadjah Mada::.::Perpustakaan STMIK Sinar Nusantara::.::Team Teaching Teknologi Informasi SMK TKJ se-Indonesia::.
07.48

Campus Corner
Berani Mengangkat, Berani Meletakkan
Ada seorang karyawan yang berkeluh kesah mengenai anaknya. Kata karyawan itu yang kebetulan seorang ibu “Anak saya tidak mau saya pergi bekerja. Dia ingin agar saya menemani anak saya untuk belajar, bermain. Sedangkan sudah saya lakukan sepulang kerja. Tetapi anak saya protes bahwa ibu tidak ada waktu, sibuk bekerja, pulang sudah larut. Saya sudah jelaskan bahwa ibu bekerja untuk mencari uang agar bisa sekolah yang baik, punya rumah yang baik, bisa jalan-jalan. Anak saya malah membantah bahwa Dia seperti tidak memiliki Ibu”. Berdasarkan cerita di atas, kita hanya melihat sekilas saja, tetapi jika diambil jangka panjang, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, bisa menjadi baik bisa pula menjadi buruk. Saya mengambil sisi yang buruk antara lain si Anak akan mengalami depresi yang mendalam, kemudian bisa pula mengambil cara / jalan untuk mencari perhatian, misalnya dengan manja dengan orang lain, atau malah secara ekstrim yaitu narkoba, bahkan sampai bunuh diri. Keluhan Ibu di atas, adalah ilustrasi bahwa Ibu sudah mengambil keputusan untuk bekerja, si Ibu tentu tahu resikonya yaitu perhatian ke anak akan berkurang. Ibu mungkin hanya membutuhkan waktu sebentar saja. Ibu harus menemani anak bermain, bukan membawa pekerjaan ke dalam rumah, ataupun kerja sampai larut malam. Bisa saja dengan cara Ibu ini mengambil cuti selama beberapa hari untuk menemani si anak. Ini memang keputusan yang sulit, apalagi jika Ibu itu sudah mempunyai jabatan yang cukup tinggi di perusahaan. Tetapi keputusan ada di tangan si Ibu. Permasalahan ini juga terjadi di nilai mahasiswa. Seorang mahasiswa harus belajar. Sering kali mahasiswa mengambil keputusan yaitu belajar pada 1 minggu sebelum ujian berlangsung. Ini masih wajar, tetapi jika mahasiswa sudah tidak mau masuk kuliah, tidak ikut ujian, maka mahasiswa tsb tidak akan lulus matakuliah tersebut, sulit mencari pekerjaan karena ijasah banyak angka merah, menjadi pengangguran. Kemudian mahasiswa tersebut menyalahkan diri sendiri, dan berakibat fatal ke mahasiswa yang bersangkutan . Mahasiswa sudah berani mengambil resiko maka nilai akan ada di pundak dosen. Jika nilai jelek, sebenarnya ini sudah ada teguran kepada kita, bahwa ini ada resiko jika kita tidak perbaiki. Apalagi sampai mahasiswa sudah tidak kuliah, maka dia harus menerima resiko yaitu tidak lulus dan tidak melihat siapa yang bersalah. Permasalahan lain yaitu penyakit. Pekerja pun sering kali bekerja dengan sangat giat. Sehingga menyita waktu untuk berolah raga, makan menjadi tidak beraturan. Sering kali, Tuhan sudah mengingatkan kita dengan diberikan sakit yang ringan. Tetapi seorang pekerja sering kali mengabaikan hal ini, menyebabkan penyakit datang mulai dari flu, sakit panas, batuk dll. Pekerja yang mengalami hal ini haruslah sadar, untuk beristirahat sebentar. Jika tidak mau istirahat, maka akibatnya akan menjadi fatal, tubuh menjadi ada penyakit yang lebih berat, antara lain : stroke, darah tinggi dll. Sebenarnya masalah di atas, sudah ada nasehat dari Tuhan, bahwa kita melakukan kesalahan. Dan kita harus pandai membaca kata hati atau nasehat dari Tuhan, bahwa teguran dan nasehat itu sudah diberikan. Apakah kita mau menjawab atau tidak, itu terserah kita. Kita harus menjawab dan menjalankan perintah ini. Cuma kita kadang tidak mau menjawab dan menjalankannya. Jadi jika mengalami kondisi di atas atau yang sejenisnya, maka kita harus menjawabnya, sebaiknya berpikir bahwa Teguran sudah diberikan, maka kita harus memperbaikinya. Teguran itu jangan dibiarkan saja, harus ada tindak lanjutnya. Dan kita jangan menyalahkan orang lain, atau kantor, atau keluarga atau apapun, semua keputusan ada di tangan kita. Jadi kalau kita Berani mengangkat maka harus berani meletakkan. Kita sering kali hanya berani mengangkat tetapi tidak berani meletakkan. Jika kita berani mengambil suatu keputusan, maka kita juga harus berani meletakkan keputusan yang sudah kita ambil. Oleh :Agus Putranto, S.Kom, MT, MScaputra@binus.edu eXcellent Centre in E-Learning Bina Nusantara Campus Corner --> Selasa, 07-Oktober-2008; 09:43:35 WIBBerani Mengangkat, Berani Meletakkan( 0 Komentar ) -->Oleh : Agus Putranto Ada seorang karyawan yang berkeluh kesah mengenai anaknya. Kata karyawan itu yang kebetulan seorang ibu “Anak saya tidak mau saya pergi bekerja. Dia ingin agar saya menemani anak saya untuk belajar, bermain. Sedangkan sudah saya lakukan sepulang kerja. Tetapi anak saya protes bahwa ibu tidak ada waktu, sibuk bekerja, pulang sudah larut. Saya sudah jelaskan bahwa ibu bekerja untuk mencari uang agar bisa sekolah yang baik, punya rumah yang baik, bisa jalan-jalan. Anak saya malah membantah bahwa Dia seperti tidak memiliki Ibu”. Berdasarkan cerita di atas, kita hanya melihat sekilas saja, tetapi jika diambil jangka panjang, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, bisa menjadi baik bisa pula menjadi buruk. Saya mengambil sisi yang buruk antara lain si Anak akan mengalami depresi yang mendalam, kemudian bisa pula mengambil cara / jalan untuk mencari perhatian, misalnya dengan manja dengan orang lain, atau malah secara ekstrim yaitu narkoba, bahkan sampai bunuh diri. Keluhan Ibu di atas, adalah ilustrasi bahwa Ibu sudah mengambil keputusan untuk bekerja, si Ibu tentu tahu resikonya yaitu perhatian ke anak akan berkurang. Ibu mungkin hanya membutuhkan waktu sebentar saja. Ibu harus menemani anak bermain, bukan membawa pekerjaan ke dalam rumah, ataupun kerja sampai larut malam. Bisa saja dengan cara Ibu ini mengambil cuti selama beberapa hari untuk menemani si anak. Ini memang keputusan yang sulit, apalagi jika Ibu itu sudah mempunyai jabatan yang cukup tinggi di perusahaan. Tetapi keputusan ada di tangan si Ibu. Permasalahan ini juga terjadi di nilai mahasiswa. Seorang mahasiswa harus belajar. Sering kali mahasiswa mengambil keputusan yaitu belajar pada 1 minggu sebelum ujian berlangsung. Ini masih wajar, tetapi jika mahasiswa sudah tidak mau masuk kuliah, tidak ikut ujian, maka mahasiswa tsb tidak akan lulus matakuliah tersebut, sulit mencari pekerjaan karena ijasah banyak angka merah, menjadi pengangguran. Kemudian mahasiswa tersebut menyalahkan diri sendiri, dan berakibat fatal ke mahasiswa yang bersangkutan . Mahasiswa sudah berani mengambil resiko maka nilai akan ada di pundak dosen. Jika nilai jelek, sebenarnya ini sudah ada teguran kepada kita, bahwa ini ada resiko jika kita tidak perbaiki. Apalagi sampai mahasiswa sudah tidak kuliah, maka dia harus menerima resiko yaitu tidak lulus dan tidak melihat siapa yang bersalah. Permasalahan lain yaitu penyakit. Pekerja pun sering kali bekerja dengan sangat giat. Sehingga menyita waktu untuk berolah raga, makan menjadi tidak beraturan. Sering kali, Tuhan sudah mengingatkan kita dengan diberikan sakit yang ringan. Tetapi seorang pekerja sering kali mengabaikan hal ini, menyebabkan penyakit datang mulai dari flu, sakit panas, batuk dll. Pekerja yang mengalami hal ini haruslah sadar, untuk beristirahat sebentar. Jika tidak mau istirahat, maka akibatnya akan menjadi fatal, tubuh menjadi ada penyakit yang lebih berat, antara lain : stroke, darah tinggi dll. Sebenarnya masalah di atas, sudah ada nasehat dari Tuhan, bahwa kita melakukan kesalahan. Dan kita harus pandai membaca kata hati atau nasehat dari Tuhan, bahwa teguran dan nasehat itu sudah diberikan. Apakah kita mau menjawab atau tidak, itu terserah kita. Kita harus menjawab dan menjalankan perintah ini. Cuma kita kadang tidak mau menjawab dan menjalankannya. Jadi jika mengalami kondisi di atas atau yang sejenisnya, maka kita harus menjawabnya, sebaiknya berpikir bahwa Teguran sudah diberikan, maka kita harus memperbaikinya. Teguran itu jangan dibiarkan saja, harus ada tindak lanjutnya. Dan kita jangan menyalahkan orang lain, atau kantor, atau keluarga atau apapun, semua keputusan ada di tangan kita. Jadi kalau kita Berani mengangkat maka harus berani meletakkan. Kita sering kali hanya berani mengangkat tetapi tidak berani meletakkan. Jika kita berani mengambil suatu keputusan, maka kita juga harus berani meletakkan keputusan yang sudah kita ambil.

0 comments:

Posting Komentar