Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah alumni SMK Pancasila 5 Wonogiri. Terlahir dan terdidik dibawah pendidikan berjiwa Nasionalis. Sekarang telah melanjutkan Study di STMIK Sinar Nusantara. Yang juga mempunyai ideologi yang nasionalis dan berpedoman pada Pancasila penuh. Mengambil Jurusan Teknik Informatika S1. Aktif dalam Organisasi Sie.Com, GMNI, CIT, dan Salah Satu Partai Politik Indonesia. Bagi temen-temen yang ingin berhubungan dengan saya bisa kirim e-mail ke indra_mhss@yahoo.co.id atau ika_mygirlfriend@yahoo.com
..::INILAH KARYAKU::..
.::Diambil dari sejumlah sumber::.::Pusat Telekomunikasi dan Informasi Universitas Negeri Yogyakarta::.::Pusat Pengembangan Teknologi Informasi Indonesia::.::Pusat Pengembangan FOSS ID Universitas Gadjah Mada::.::Perpustakaan STMIK Sinar Nusantara::.::Team Teaching Teknologi Informasi SMK TKJ se-Indonesia::.
11.31

WHO AM I ?
Abraham lincoln Presiden ke-16 Amerika Serikat (1809-1865) menyatakan “Jika saya punya waktu delapan jam! untuk menebang pohon, Saya akan menghabiskan waktu enam jam! untuk mengasah kapak”. Sebuah perumpamaan yang sangat dalam artinya jika kita mencoba mengkaitkannya dengan ketrampilan interpersonal. Seperti yang dikatakan Lincoln setiap interaksi harus diawali dengan persiapan yang matang agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan memberikan keuntungan. Untuk itu penting artinya jika kita akan membangun hubungan dengan orang lain, maka kita harus menyiapkan diri kita secara positif. Kata kunci dari semuanya itu adalah “penerimaan”. Penerimaan bisa berupa senyum yang tulus, sambutan yang hangat, komunikasi yang konstruktif, keinginan untuk saling membantu, penuh dengan solusi, dan lain sebagainya. Jika hal itu yang kita inginkan dalam kegiatan komunikasi dengan orang lain, maka siapkan diri sahabat.
Who Am I
Dalam membangun dan menyiapkan diri sahabat agar mampu berinteraksi dengan orang lain dalam kerangka ketrampilan interpersonal adalah mengenali diri sahabat sendiri. Pengenalan diri penting artinya agar kita mampu untuk mengetahui konsep diri kita, dan selanjutnya dengan konsep diri tersebut akan muncul potensi-potensi dalam diri kita yang dapat dikembangkan.
Seringkali ketika sahabat diminta untuk memberikan definisi “siapa saya”, maka terkadang jawaban yang mengalir sangat terbatas. Keterbatasan itu nampak bahwa definisi yang disebutkan adalah terbatas yang bisa dicermati dengan indera mata (dapat dilihat). Contohnya, saya seorang laki-laki, lahir dimana, ibu bapaknya siapa, tinggal dimana, dan seterusnya. Nah keterbatasan definisi inilah yang kemudian menjadi permasalahan yang tidak sederhana, karena kita memandang diri kita pada daerah yang sangat sempit yaitu sebatas apa yang bisa kita lihat. Hal inilah yang menghambat sahabat untuk dapat mengenal diri kita secara menyeluruh (komprehensif)
Untuk dapat membangun diri kita dengan baik, maka harus mendefinisikan siapa diri kita secara menyeluruh. Menyeluruh tidak sebatas apa yang kita lihat, namun juga apa yang kita dengan, kita rasakan, dari pengalaman hidup dan pola interaksi yang telah kita buat sebelumnya ataupu pandangan orang lain terhadap kita. Ada cara untuk mengenal diri kita dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan:
Menyusun daftar kelemahan dan kelebihan kita. Hal ini dapat anda lakukan dengan mudah. Namun harus diusahakan untuk tetap jujur. Kadang dalam tahapan ini sahabat akan cenderung lebih cepat dalam mencermati sisi kelemahan. Artinya apa , bahwa sebagai pribadi kita terlalu sering memikirkan tentang kelemahan diri kita. Padahal kita sadar bahwa setiap manusia itu juga dianugerahi kelebihan. Dengan semakin sering dipikirkan, maka terkadang pikiran itu akan diaplikasian dalam bentuk perilaku. Dengan kondisi ini maka secara tidak sadar apa yang kita lakukan setiap hari adalah representasi dari kelemahan kita. Pada saat itulah kita akan mengalami masa dimana kita selalu menganggap rendah diri kita dan kurang menghargai diri sendiri. Menurut Lawrence J. Crabb Jr ”kebutuhan pribadi yang mendasar dari setiap orang adalah untuk menganggap dirinya sebagai pribadi yang berharga”.
Pandangan orang lain tentang kita. Kita juga mampu menemukan diri kita dengan mencermati lingkungan dimana kita sering berinteraksi didalamnya. Komponen-komponen lingkungan tersebut akan memberikan respon terhadap tingkah laku, sikap, sifat, yang kita tunjukkan pada lingkungan. Orang lain tersebut bisa teman, tetangga, keluarga, ataupun orang lain yang berhubungan dengan kita. Respon setiap orang tentang apa yang kita lakukan bisa jadi berlainan, maka kita harus cermat untuk memikirkannya. Jangan sampai terlalu emosional untuk mengambil respon yang terlalu cepat atas penilaian lingkungan terhadap kita. Oleh karena itu kita semestinya harus berhati-hati. Nah, jika tidak hati-hati maka kita akan terjerumus pada konsepsi yang salah tentang diri kita, dan itu adalah bentukan lingkungan, bukan kita sesungguhnya. Dr. Maxwell Maltz, kita adalah apa yang kita pikirkan.
Dalam proses yang lebih dalam kita mengenal apa yang disebut sebagai pengembangan kepribadian. Proses ini merupakan manifestasi/perwujudan ketrampilan sosial dan pengenalannya terhadap diri sendiri. Dengan definisi diatas kegiatan pengembangan diri akan diperoleh secara maksimal jika ada dua langkah besar yaitu pertama, mengenal dirinya sendiri secara utuh dan kedua perwujudan ketrampilan sosial yang diimplentasikan melalui kemampuan berkomunikasi, ketrampilan interpersonal, memiliki jaringan pertemanan yang luas. Dengan dua langkah besar ini maka manusia akan terus mengalami perkembangan baik secara emosional, spiritual dan intelektual.
Ada tiga hal yang dapat kita telaah dari proses pengenalan diri:
Merupakan proses menggugah kesadaran tentang diri sendiri melalui intropeksi/evaluasi secara jujur, objektif.
Proses menyadari sisi positif dan sisi negatif diri sendiri
Proses evaluasi/intropeksi melalui bantuan orang lain atau umpan balik
Ada tiga teori pembentuk kepribadian manusia:
Teori Nature : Teori ini berpendapat bahwa kepribadian manusia itu terbentuk dari bawaan lahir. Teori ini sangar percaya bahwa pada saat dilahirkan manusia telah memiliki kepribadian yang seperti saat dia dewasa. Dengan kemampuan itulah manusia mencoba menjadi dirinya sendiri sesuai dengan kodrat lahiriah yang dia bawa dari garis keturunannya. Contohnya seorang anak yang lahir dari pasangan olahragawan, bisa jadi telah memiliki potensi yang sama sejak lahir, sehingga kemungkinan besar ketika dewasa si anak akan menjadi olahragawan juga seperti orang tuanya.
Teori Nurture : Teori ini berpendapat bahwa kepribadian manusia terbentuk dari pengaruh lingkungan. Faktor luar tersebut bisa dari masyarakat, sekolah, pergaulan, buku, televisi, dan lainnya. Teori ini sangat tidak setuju bahwa manusia itu memperoleh bentukan kepribadia sejak lahir. Mereka dapat menjadi seperti saat ini karena terpengaruh oleh lingkungan dimana dia beriteraksi setiap harinya. Dengan proses inteksi tersebut maka anak akan memperoleh pengalaman, ketrampilan, pengetahuan. Dengan modal itulah anak menjadi dirinya saat dia dewasa kelak. Sehingga belum tentu anak seorang pemimpin, nanti ketika dewasa dia juga memiliki jiwa pemimpin, jika tidak dilatih, di didik dan diberikan pengalaman dalam memimpin.
Teori Konvergensi : Teori ini berpendapat bahwa manusia itu sebenarnya dibentuk atas dua komponen. Pertama, sejak lahir dia secara genetik memang telah memiliki karakter, sifat, dan potensi yang diturunkan oleh orang tua atau darah keturunannya. Setelah potensi itu ada, maka harus ditemukan, dan diasah dengan cara yang tepat oleh lingkungan. Tentu saja, dengan pendidikan, pelatihan, yang sesuai. Dengan demikian, maka akan terbentuk sebuah bentukan kepribadian yang kuat. Karena terdapat keseimbangan dalam pengembangannya. ”Sebuah pisau dilahirkan dengan tajam, karena berguna untuk memotong sesuatu. Pisau tersebut akan berguna jika digunakan dengan tepat. Dengan sering digunakan, diasah dengan rutin, maka pisau akan semakin tajam. Pun jika pisau tersebut tidak digunakan, karena tak menemukan fungsinya, dan hanya diletakkan dipojok dapur. Maka pisau tersebut akan berkarat, tumpul, dan akhirnya tidak dapt digunakan sebagaimana mestinya”.
Apa yang dapat kita cermati dari proses pengembangan Kepribadian:
Dalam pengembangan merupakan proses yang selalu berkesinambungan dan tidak akan pernah berhenti, selama kita memiliki hasrat untuk tetap eksis. Proses ketrampilan sosial yang diperoleh seseorang dari pengenalan terhadap dirinya sendiri dan pengenalan terhadap lingkungan
Proses mengasah sifat-sifat baik dan mengurangi sifat-sifat jelek.
Proses menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga dapat berperan secara optimal dan membentuk pribadi yang mandiri
Proses mengembangkan bakat yang dimiliki, meningkatkan PD dan mewujudkan kepribadian plus
Tujuan dari pengembangan kepribadian adalah sebagai berikut:
Jangka pendek untuk mewujudkan potensi yang dimiliki. Mewujudkan potensi bisa diartikan memunculkan potensi-potensi yang kita miliki ke permukaan agar bisa diasah dan dilatih dengan tepat. Kondisi ini kan membuat kita mampu untuk senantiasa merasa berharga dengan potensi prima yang ada dalam diri kita
Dapat berperan secara optimal sebagai makhluk social. Dengan potensi tersebut maka kita akan percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan iteraki tersebut maka akan terjadipertukaran peran dan fungsi, dimana akan saling menguntungkan. Setiap peran yang kita lakukan untk lingkungan pasti membawa sesuatu yang baik, terutama untuk diri kita.
Mendapatkan nilai tambah baik untuk diri sendiri maupun lingkungan. Nilai tambah tidak selau berwujud finansial ataupun fisik. Namun penghargaan, pengakuan, kepercayaan, rasa hormat atas apa yang kita lakukan dimasyarakat merupaka wujud nyata dari sebuah nilai tambah.

0 comments:

Posting Komentar